Dokumentasi Kegiatan

  • Kegiatan Gebyar Muslim Engineer di Depan Fakultas Teknik UNRAM
  • berada di bawah terop depan FT-UNRAM
  • sedang di komentari oleh juri
  • Berjalan Menuju Pemandangan nan indah & Alami
  • bersama pemandu di Bandara Internasional Lombok
  • Depan jalan masuk ke ruang tunggu dan Check in Pesawat di Bandara internasional lombok
  • Ruang Sidang FT-UNRAM

kisah penuh hikmah

on Jumat, 03 Januari 2014

Sebuah kisah penuh hikmah,yang dikutip dan diringkas dari kitab  Qashash Muatstsirah Li asy-Syabab karya Ahmad bin Salim Baduwailan... (dengan sedikit perubahan gaya bahasa)

Ketika itu, Khalid sedang duduk di ruang kerjanya dalam keadaan gelisah dan sedih. Melihat keadaan Khalid, rekan kerjanya merasa prihatin terhadapnya. Temannya meminta Khalid agar menceritakan masalahnya, sehingga ia mungkin bisa memberi solusi dari masalahnya.

Khalid terdiam sejenak, dan berkata pada temannya, “terima kasih atas keprihatinanmu terhadapku, aku memang membutuhkan orang untuk mencurahkan masalah yang sedang kurasakan. Dan aku berharap ada orang yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini”.

“Seperti yang telah kamu ketahui bahwa aku ini telah menikah sejak delapan bulan yang lalu. Di rumah kami hanya tinggal berdua. Dan masalahnya, adikku yang paling bungsu bernama Hammad dan telah berusia 20 tahun, dan saat ini telah menyelesaikan sekolahnya di jenjang SMU. Mulai pekan depan ia akan tinggal bersama kami. Karena ia diterima di salah satu perguruan tinggi di kota ini. Kedua orangtuaku sangat mengharapkan agar adikku itu bisa tinggal bersama kami dari pada ia tinggal diluar. Kedua orangtuaku sangat khawatir jika ia tidak bisa menjaga dirinya jika tinggal diluar.

Tapi aku sangat menolak permintaan itu, karena ia telah baligh dan keberadaannya dirumahku merupakan ancaman bagiku. Aku tidak ingin menyembunyikan rahasiaku padamu, aku dulu pernah bertanya kepada salah seorang Syaikh tentang masalah ini, dan ia melarangku membolehkan siapa pun meski saudaraku untuk tinggal bersamaku dan istriku dalam satu rumah. Dan beliau menyebutkan Hadits Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam

“Ipar itu adalah maut”

Artinya yang sangat berbahaya bagi seorang istri adalah keluarga dari suami seperti saudara laki-laki, paman, atau keponakan laki-laki”.

Khalid terdiam, sambil menenangkan dirinya sejenak. Kemudian melanjutkan,

“ketika aku menjelaskan masalah ini pada orangtuaku, dan aku bersumpah dengan nama Allah dihadapan mereka bahwa aku tidak su’uzhan kepada adikku. Namun mereka langsung marah dan menjelek-jelekkan aku dikeluarga dan mengatakan bahwa aku adalah anak durhaka. Tapi ayahku juga bersumpah dengan mengatakan, “Demi Allah  jika Hammad tidak tinggal bersamamu, sungguh aku dan ibumu akan marah kepadamu sampai kami meninggal dunia. Kami berlepas diri darimu di dunia dan di akhirat nanti”.

Khalid menundukkan pandangannya seraya berkata, “sekarang aku bingung dan bimbang. Di satu sisi aku ingin berbakti pada orangtuaku. Di sisi lain aku tidak ingin mengorbankan kebahagiaan keluargaku. Bagaimana nasehatmu padaku?”

Temannya menjawab, “apakah kamu tidak tahu bahwa Ridho Allah tergantung Ridho kedua orang tua, dan murka-Nya tergantung dari murka orang tua? Solusi masalah ini sudah jelas. Sekarang aku bertanya padamu, mengapa kamu mesti menuduh orang baik seperti adikmu itu tanpa bukti yang nyata? Lupakah kamu dengan firman Allah “Wahai orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” (Al-Hujurat : 12). Beritahukan padaku, bukankah engkau percaya terhadap istrimu dan terhadap adikmu?”

Khalid tiba-tiba memotong, “aku percaya pada mereka. Tapi...”

Temannya kembali memotong, “kamu kembali ragu.. berprasangka buruk dan berandai-andai. Khalid, pecayalah terhadap ucapanku dan terhadap adikmu.. sekarang aku tanyakan padamu, jika adikmu menikah, apakah terlintas dipikiranmu untuk berbuat yang tidak-tidak pada istrinya? Aku pikir jawabannya sudah jelas padamu. Buatkanlah adikmu ruangan khusus yang terpisah dari ruang-ruang lainnya”.

Khalid mulai yakin dan menerima nasehat temannya. Beberapa hari kemudian Hammad telah tiba dibandara, dan Kholid menjemputnya dengan senang hati dan mengantarkan adiknya sampai dikamar barunya tersebut.

Dengan izin Allah, berlalu waktu yang panjang atas keluarga bahagia itu. Empat tahun kemudian, Khalid telah berusia 30 tahun dan telah menjadi seorang bapak dari tiga orang anak. Dan adiknya Hammad sudah berada pada tahun terakhir kuliahnya. Khalid berjanji agar mencarikan pekerjaan untuk Hammad setelah ia lulus dan sampai ia menikah dan tinggal bersama istrinya dirumah baru mereka.

Pada suatu malam, Khalid pulang kerumahnya dengan mengendarai mobilnya. Di tengah perjalanan, terlihat dua sosok wanita yang tidak jelas dari kejauhan. Khalid mendekatinya dan ia mendapati perempuan tua bersama putrinya yang sedang hamil dan mengerang kesakitan. Perempuan tua itu berkata, “ Selamatkan kami! Tolong kami wahai tuan yang baik hati..”

Dengan kemurahan hati, kholid pun mengantarkan mereka berdua ke rumah sakit bersalin. Nenek itu memberitahukan pada Khalid bahwa mereka bukan penduduk asli kota tersebut. Dan suami putrinya tersebut telah pergi keluar kota karena suatu pekerjaan, dan tidak ada seorang pun yang bisa membantu mereka sementara air matanya bercucuran karena melihat putrinya yang kesakitan.

Sepanjang jalan, perempuan tua itu tak henti-hentinya mendoakan kebaikan untuk Khalid. Dan sampailah mereka di rumah sakit. Khalid tidak tega meninggalkan mereka sendirian di rumah sakit. Khalid pun menunggunya di ruang tunggu pria dan menghubungi istrinya bahwa ia agak terlambat pulang ke rumah.

Khalid duduk dan menyandarkan punggungnya ke dinding, tak sadar ia pun sudah tertidur. Khalid tidak tahu sudah berapa jam yang ia lalui ketika tertidur. Namun tiba-tiba dibangunkan dengan suara teriakan dokter dan dua orang polisi yang mendekatinya.

Perempuan tua tadi berteriak, “ini dia! Ini dia!” sambil menunjuk ke arah Khalid. Khalid terkejut dan bangkit dari tempat duduknya dan berkata, “apakah proses operasinya berhasil?”

Sebelum ada yang menjawab pertanyaan Khalid, polisi mendekatinya dan berkata padanya, “Apakah kamu yang bernama Khalid?”.

“Ya, benar”.

“kami ingin berbincang-bincang denganmu lima menit saja di sebuah ruangan khusus”.

Mereka masuk ke ruangan direktur dan menutup pintunya. Di tempat itu, nenek itu berteriak-teriak, memukul wajah Khalid, dan menampar pipinya seraya berkata, “Orang hina ini pelakunya. Aku harap kalian tidak membiarkannya pergi dari sini. Wahai putriku, betapa malangnya nasibmu...”.

Khalid terheran-heran dan bingung, ia tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Lalu polisi berkata kepadanya, “Perempuan tua itu mengaku bahwa anda telah merampas kehormatan putrinya. Ia hamil atas perbuatanmu. Lalu ketika perempuan itu mengancam untuk menyebarkan berita ini dan melaporkannya pada pihak kepolisian, maka anda berjanji akan segera menikahinya. Tapi setelah bayinya melahirkan, anda ingin meletakkannya disalah satu pintu masjid agar ada orang baik hati yang mengasuhnya!”.

Khalid terperanjat mendengar perkataan itu. Jantungnya terasa seperti ditimpa beban besar, dunia berubah menghitam di hadapan kedua matanya. Ia tidak bisa berucap sepatah katapun hingga tubuhnya rubuh.

Kemudian, setelah Khalid siuman. Ia melihat dua orang polisi bersamanya di dalam ruangan itu. Seorang polisi berkata, “Wahai Khalid, beritahukan padaku kejadian sebenarnya. Aku tidak yakin bahwa engkau yang melakukan semua itu”.

Dengan hati yang tersayat-sayat, Khalid mengatakan, “Wahai manusia, beginikah cara kalian membalas kebaikan?. Aku adalah orang terhormat dan selalu menjaga kehormatan itu. Aku telah menikah dan mempunyai tiga orang anak. Dan aku juga tinggal di lingkungan terhormat”. Khalid tak sanggup menguasai dirinya. Air mata tak sanggup dibendungnya lagi. Itulah air mata yang dirasakan orang yang terdzolimi. Ketika mulai tenang, Kholid pun menceritakan kejadian sebenarnya.

Lalu, polisi tersebut mengatakan,”aku yakin kamu akan bebas dari segala tuduhan ini. Tapi kamu harus menunjukkan bukti bahwa kamu tidak bersalah. Mungkin kamu hanya perlu melakukan tes DNA, apakah benar bayi itu anakmu atau tidak.”

Kholid menjawab, “apakah anda percaya bahwa anjing-anjing akan berbuat baik pada tuannya yang berbuat baik padanya. Tapi kebanyakan manusia lebih hina dari anjing.”

Matahari terbit dengan cerahnya, namun pagi itu wajah Kholid tetap tidak bisa menyembunyikan kecemasannya, dan segala puji bagi Allah karena dengan nikmat-Nya hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Khalid bebas dari tuduhan dusta itu. Khalid pun tidak bisa menahan kegembiraannya. Ia tersungkur sujud , bersyukur kepada Allah. Pihak kepolisian pun meminta maaf kepada Khalid. Dan nenek beserta putrinya itu dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa dan ditentukan hukuman atas mereka.

Sebelum meninggalkan rumah sakit, Khalid pamit kepada dokter spesialis yang menangani masalahnya tersebut. Setelah diruangan dokter, kholid memberi salam dan mendoakan dokter itu dengan kebaikan. Tapi, tiba-tiba dokter itu bertanya pada Khalid, “jika anda punya kesempatan, aku ingin berbicara denganmu beberapa menit saja”.

Dokter itu terlihat bingung. Lalu muncul keberaniannya dan berkata, “Sebenarnya, Wahai Khalid, sepanjang pemeriksaan yang kami lakukan, aku ragu bahwa anda mengidap suatu penyakit! Namun aku tidak begitu yakin dengan ucapanku. Karenanya, aku ingin melakukan pemeriksaan terhadap istri dan anak-anakmu untuk menghilangkan keraguan ini”.

Kembali nampak dari raut wajah Khalid katakutan dan kegelisahan, seraya berkata, “Aku harap anda memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Aku ridho dengan takdir baik dan takdir buruk Allah. Tapi yang terpenting bagiku adalah anak-anakku yang masih kecil. Aku rela mengorbankan diriku demi mereka. Lagi, Khalid menahan air matanya.

Dokter menangkannya,dan berkata, “sebenarnya, aku tidak sanggup memberitahukan sekarang, hingga aku benar-benar yakin atas masalah ini. Tapi, segera bawa istri dan anak-anakmu ke sini..!”

Tidak perlu menunggu lama,  Khalid telah kembali membawa istri beserta anak-anaknya ke rumah sakit. Selesailah pemeriksaan medis atas mereka. Lalu Khalid masuk ke ruangan dokter tersebut untuk berbincang-bincang.  Tiba-tiba terdengar suara dering Handphone milik Khalid. Khalid mengangkatnya dan berbicara sebentar.

Selesai dari pembicaraan di handphone, dokter bertanya kepada Khalid, “siapa orang yang kamu katakan padanya, ‘jangan kamu dobrak pintu rumah itu’ tadi?”

“itu adikku, Hammad. Ia tinggal bersamaku. Kunci pintunya hilang, ia meminta aku segera datang dan membukakan pintu”, dokter itu sedikit terkejut, “sejak kapan ia tinggal bersama kalian?”

Khalid menjawab, “sejak empat tahun yang lalu. Ia sedang kuliah semester akhir di sebuah perguruan tinggi di kota ini”. Dokter itu berkata, “baiklah, bisakah kamu bawa ia kemari untuk kami lakukan pemeriksaan medis terhadapnya, agar kami yakin apakah penyakit ini dari keturunan atau tidak..”

Pada waktu yang sudah ditentukan, Khalid dan adiknya, Hammad datang ke rumah untuk melakukan pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap Hammad, dokter meminta Khalid untuk datang ke rumah sakit lagi pada pekan depannya. Sepekan lamanya, Khalid tidak pernah nyenyak dalam tidurnya. Dan ia selalu dihantui rasa cemas dan kegelisahan.

Waktu yang telah ditentukan pun tiba, Khalid kembali berangkat untuk menemui dokter. Dokter menyambutnya dengan gembira dan menghidangkan minuman dingin untuk menenangkan ketegangan Khalid. Dokter mulia bercerita padanya tentang pentingnya kesabaran dalam hidup, dan berbicara tentang ganjaran orang-orang yang bersabar dikala musibah menimpa.

Kholid yang begitu penasaran, memotong pembicaraan,”Dokter... aku harap anda tidak membuat saya semakin tegang dan cemas. Aku siap menerima penyakit apa yang akan menimpa diriku. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?”

Dokter itu menundukkan kepalanya sedikit dan berkata, “kadangkala kenyataan itu bisa menyakitkan, begitu keras dan pahit!! Tapi tetap harus mengetahui dan menghadapinya! Lari darinya bukanlah jalan keluar dan juga tidak akan bisa mengubah kenyataan”

Dokter itu diam sejenak, lalu mengucapkan sebuah perkataan yang meremukkan dan meluluhlantakkan hati, “Wahai Khalid, sebenarnya kamu ini mandul dan tidak bisa mempunyai keturunan! Tiga orang anak yang engkau bawa waktu itu bukanlah anakmu, tapi anak dari adikmu Hammad”.

Seakan petir, perkataan itu menyambar Khalid. Lalu ia berteriak sekeras mungkin hingga menggaung ke seluruh raungan di rumah sakit, dan akhirnya tidak sadarkan diri. Dua pekan lamanya, Khalid terbaring di rumah sakit dan tidak sadarkan diri. Ketika ia sadar, ia mendapati kehidupannya telah hancur dan binasa.

Khalid pun ditimpa penyakit lumpuh, setengah dari badannya tidak bisa digerakkan dan ingatannya hilang karena berita memilukan itu. Ia pun dipindahkan ke rumah sakit jiwa untuk menghabiskan sisa umurnya. Sedangkan istrinya dibawa ke pengadilan  untuk dimintai pengakuannya atas perzinahan yang dilakukannya, lalu ditegakkan hukum rajam sampai mati atasnya.

Adiknya Hammad berada di penjara untuk menunggu keputusan hukum yang akan diterimanya. Sementara tiga orang anaknya dipindahkan ke panti asuhan sosial untuk tinggal bersama dengan anak-anak terlantar dan anak yatim. Ketetapan Allah tetap berlaku,

“Ipar adalah maut”

وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
“Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada Sunnah (ketetapan) Allah” (Al-Ahzab : 62)
READ MORE - kisah penuh hikmah

Pesta Tahun Baru.



Sobat, saat ini, umat manusia di berbagai belahan bumi sedang disibukkan dengan berbagai persiapan pesta tahun baru. Mereka merencanakan berbagai kegiatan dan lainnya guna mendapatkan momentum 00.00, lalu pada saat itu, kembang api dinyalakan, terompet ditiup, dan berbagai pesta pora dimulai. Seakan momentum 00.00 adalah hal istimewa yang mendatangkan hal besar bagi mereka.

Sobat, menurut hemat anda, benarkah 00.00 begitu istimewa dan berharga bagi ummat manusia?

Menurut hemat anda, pernahkah momentum ini dilalui oleh Fir'aun, Abu Jahal, Karun, dan berbagai kaum yang telah Allah binasakan?

Saya yakin, anda sepakat bahwa mereka semua pernah mengalami momentum yang anda nanti nantikan ini. Walau demikian ternyata momentum ini tidak dapat menyelamatkan mereka dari murka dan siksa Allah, atau paling kurang menyelamatkan mereka dari tangan malaikat pencabut nyawa.

Bila demikian halnya, lalu apa yang anda harapkan dari menanti nantikan momentum ini?bila anda pikirkan, sejatinya tiada bedanya antara 00.00 dengan 11.11 atau 01.23 atau 12.34 atau lainnya. Semua itu hanyalah sebatas masa, sedangkan nilainya terletak pada karya atau amalan anda. Perubahan satu waktu ke waktu lainnya hanyalah bagian dari adanya perputaran Matahari semata. Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan diantara tanda tanda kekuasaan Alah ialah pergantian malam dan siang, matahari dan rembulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari, tidak pula kepada rembulan. Dan sujudlah hanya kepada Allah yang telah menciptakan mereka semua, jika kalianb enar benar beribadah kepada Allah. ( Fusshilat 37)

Bila anda menantikannya karena hendak melakukan kebaikan, maka segera lakukan saat ini juga. Karena Barang kali saat ini malaikat pencabut nyawa telah hadir menantikan anda.

Sebaliknya, bila anda berencana untuk melakukan dosa atau maksiat pada waktu tersebut, maka pikirkan kembali rencana anda, karena tiada yang dapat menjamin bahwa anda masih berkesempatan hidup pada 00.01
READ MORE - Pesta Tahun Baru.

Siapa Yang Tak Mati

on Rabu, 06 November 2013



Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.

Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru berujar:

“Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.”

“Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan.

“Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati.”

Dengan “semangat 45″, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!”

Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: “Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?” “Oh, boleh saja,” jawab tuan rumah. “Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?” “Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.” Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya.

Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. “Ayah kami barusan wafat…,” “Kakek kami sudah meninggal…,” “Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,” dan sebagainya.

Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.

Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan menguburkan anak saya.” Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.

Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya?

Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati?

Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita mendalam seperti dalam cerita di atas.

Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal:
(1) kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan
(2) bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang
bersumber dari dalam diri kita sendiri.
READ MORE - Siapa Yang Tak Mati

As-sunnah : 10 Hari Awal Bulan Dzulhijjah

on Kamis, 03 Oktober 2013

 Redaksi As Sunnah Madiun.wordpress.com :::::Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu Arba’atun Hurum. Maksud Arba’atun Hurum adalah 4 bulan yang memiliki kehormatan. Keberadaan 4 bulan tersebut disebutkan Allah Ta’ala dalam firman-Nya (artinya) : “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada 12 bulan. Kesemuanya dalam ketetapan Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara (12 bulan) tersebut terdapat 4 bulan yang memiliki kehormatan …”[At Taubah:36].

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menegaskan dalam salah satu sabdanya (artinya): “… 1 tahun ada 12 bulan. Di antara 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan yang memiliki kehormatan. 3 di antaranya tiba berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Sedangkan yang satu adalah Rajab yang merupakan bulan pilihan orang dari Mudhar dan terletak antara bulan Jumaada (Jumaadats Tsaniyah/ Jumaadal Akhirah) dan Sya’ban …” [H.R Al Bukhari dan Muslim].
Apabila sesuatu itu mendapatkan kehormatan dari Allah Yang Maha Mulia, maka kita -sebagai hamba-Nya- juga turut memberikan penghormatan kepadanya. Barangsiapa mengagungkan atau menghormati sesuatu yang diagungkan Allah, maka dia akan memperoleh pahala dari sisi AllahTa’ala. Allah berfirman (artinya): “Demikianlah (perintah Allah). Barangsiapa mengagungkan sesuatu yang diagungkan Allah, maka itu lebih baik baginya di sisi Rabbnya.” [Al Hajj: 30].
Atas dasar itu, kita memuliakan bulan Dzulhijjah karena Allah telah memuliakannya dan itu adalah tanda kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bulan Dzulijjah tetap memiliki kemuliaan, sekalipun tidak sedikit diantara kaum muslimin yang belum mengerti atau peduli dengan hal itu.
10 Hari Awal Bulan Dzulhijjah
Diantara hari-hari dalam bulan Dzulhijjah, 10 hari awal padanya memiliki keutamaan tersendiri. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya): “Tidaklah ada hari-hari lain yang amal shalih padanya itu lebih dicintai Allah daripada (amal shalih) di 10 hari (awal Dzulhijjah) ini.” Lalu mereka (para shahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, sekalipun amal shalih (di hari-hari lain) tadi adalah perang di jalan Allah?” Maka beliau menjawab,” Sekalipun amal shalih tersebut adalah perang di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berperang dengan jiwa dan hartanya lalu tidak kembali sedikitpun dari jiwa dan harta tersebut.” [Al Irwa’ 953. Lihat Al Bukhari].
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Dan yang tampak bahwa sebab keistimewaan 10 hari (awal) Dzulhijjah karena berkumpulnya induk ibadah padanya seperti shalat, puasa, shadaqah dan haji. Sedangkan keistimewaan tersebut tidak terdapat pada hari-hari lain.” [Fathul Bari]
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah –ketika menerangkan hadits tersebut yang terdapat dalam Al-Bukhari- berkata: “Hadits ini sifatnya umum, bahwa seluruh amal shalih di 10 hari tadi dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla dan lebih utama daripada amal shalih di hari-hari lain. Hadits ini mencakup segenap amal shalih seperti shalat, shadaqah, membaca Al Qur’an, zikir, puasa dan sebagainya …” [Syarhul Bukhari].
Bahkan, beliau –dalam sebuah pernyataan- membandingkan bahwa amal shalih di 10 hari (awal) Dzulhijjah itu lebih dicintai Allah daripada amalan shalih di 10 hari akhir Ramadhan. Bersamaan dengan itu, manusia telah lalai tentang hal tersebut. [Lihat asy-Syarhul Mumti’].
Adapun Syaikhul Islam rahimahullah merinci perbandingan tersebut. Rinciannya: bahwa 10 hari awal Dzulhijjah lebih utama daripada 10 hari akhir Ramadhan. Sedangkan 10 malam akhir Ramadhan itu lebih utama daripada 10 malam awal Dzulhijjah. [Lihat catatan kaki Al I’laam]. Wallahu a’lam
Hanya saja terkait puasa di hari ke-10 Dzulhijjah yang memang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha dan puasa di hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah), maka kedua puasa tersebut merupakan perkara yang dilarang  bila dikerjakan pada saat itu.
Puasa Arafah
Disebutkan dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wasallam  pernah ditanya tentang puasa Arafah (9 Dzulhijjah –pen), maka beliau menjawab (artinya): “(Puasa tersebut) menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” [H.R Muslim].
Para pembaca –semoga Allah merahmati kita semua- hadits Abu Qatadah ini menerangkan keutamaan puasa di hari Arafah (9 Dzulhijjah) yaitu menghapus dosa yang lalu maupun dosa yang akan datang. Yang dimaksud menghapus dosa yang akan datang adalah seseorang yang akan berpuasa Arafah diberi hidayah untuk meninggalkan dosa atau diberi taufik untuk bertaubat bila telah melakukan dosa.
Adapun yang dimaksud dosa dalam hadits Abu Qatadah tersebut adalah dosa kecil, bukan dosa besar. Hal itu karena dosa besar tidaklah bisa dihapus kecuali dengan taubat. Allah Ta’ala berfirman (artinya): “Bila kalian meninggalkan dosa-dosa besar yang kalian dilarang untuk mengerjakannya maka Kami (Allah) akan menghapus dosa-dosa kalian” [An Nisaa’:31]
Faedah
1. Diharamkan bagi orang yang akan berkurban untuk memotong rambut/bulu, kuku atau kulit (khitan) pada tubuhnya sejak tanggal 1 sampai dengan 10 Dzulhijjah atau usai menyembelih. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam (artinya): “Bila telah masuk 10 hari awal Dzulhijjah, sedangkan salah seorang diantara kalian ingin berkurban maka janganlah ia memotong rambut/ bulu atau kulit pada tubuhnya sedikitpun.” Dalam riwayat lain: “…dan memotong kuku pada tubuhnya.” [H.R Muslim].
Akan tetapi bila ternyata kuku orang yang akan berkurban tadi patah atau ada rambut/bulu yang tumbuh menganggu maka boleh dipotong [Lihat asy-Syarhul Mumti’].
2. Bila orang yang akan berkurban tersebut ternyata melanggar larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tadi, maka penyembelihannya tetap sah namun ia berdosa sehingga wajib bertaubat dan tidak ada fidyah (tebusan) baginya. [Lihat asy-Syarhul Mumti’ dan Al Mulakhash Al Fiqhi].
3. Jika seseorang itu baru berniat berkurban di tengah 10 hari awal Dzulhijjah dan ternyata saat itu ia sudah memotong rambut/bulu, kulit atau kukunya maka larangan dalam hadits tadi berlaku sejak dia mulai berniat. [Lihat asy-Syarhul Mumti’].
4. Larangan memotong rambut/bulu, kulit atau kuku tidak berlaku bagi anggota keluarga orang yang berkurban tadi atau tidak berlaku pula hal itu bagi rang yang semata-mata ditunjuk mengurusi hewan kurban.[Lihat Syarhul Bukhari].
Larangan Menzhalimi Diri Sendiri di Bulan Dzulhijjah
Dalam salah satu ayat Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada 12 bulan. Kesemuanya dalam ketetapan Allah di hari Dia menciptakan langit dan bumi. Diantara (12 bulan) tersebut terdapat 4 bulan yang memiliki kehormatan. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan tersebut.” [At Taubah:36].
Ketika menyampaikan ayat ini dalam salah satu khutbah, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Rabb kita Ta’ala telah melarang kita untuk menzhalimi diri kita sendiri pada bulan-bulan tersebut. Sedangkan larangan dari menzhalimi diri sendiri itu berlaku untuk seluruh keadaan dan tempat (kita berada). Namun 4 bulan ini memiliki kekhususan yang perbuatan zhalim terhadap diri sendiri pada  4 bulan tersebut keadaannya lebih berat. Atas dasar itu Allah melarang dari kezhaliman pada bulan-bulan tersebut secara tersendiri. Maka hendaknya kalian menghormati dan mengagungkan bulan-bulan tersebut. Jauhilah perbuatan zhalim pada diri sendiri di bulan-bulan ini agar kalian beruntung. Lalu bila kalian bertanya: “Apa maksud perbuatan zhalim terhadap diri sendiri?” (Jawabnya) perbuatan zhalim terhadap diri sendiri bentuknya ada 2 macam:
-          meninggalkan perintah Allah
-          melakukan larangan Allah

Itu semua adalah perbuatan zhalim terhadap diri sendiri. Jiwa itu merupakan amanah untukmu, sehingga engkau wajib menjaga amanah tersebut dengan sebaik-baiknya. Arahkanlah jiwamu untuk mengerjakan sesuatu yang merupakan kebahagiaan dan kebaikan bagi jiwa tersebut serta jauhkan ia dari sesuatu yang merupakan kesengsaraan dan kejelekan baginya.” [Adh-Dhiyaa’ul Laami’ Minal Khuthabil Jawaami’].
Para ulama menyebutkan sebuah kaidah yang menerangkan bahwa amal shalih yang dikerjakan di waktu atau tempat yamg memiliki keutamaan akan dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah. Sedangkan amal jelek yang dilakukan di waktu dan tempat yang memiliki keutamaan akan dilipatgandakan dosanya di sisi Allah.
Dengan demikian, sudah selayaknya untuk kita menumbuhkan perhatian terhadap tuntunan agama tentang perbuatan baik maupun buruk dimana dan kapanpun kita berada, terlebih di tempat atau waktu yang memiliki kehormatan. Semoga dengan itu kita mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan. Allahlah Dzat yang senantiasa kita mintai pertolongan.
Wallahu a’lam bish-Shawaab
READ MORE - As-sunnah : 10 Hari Awal Bulan Dzulhijjah

Sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam setelah bangun tidur

on Sabtu, 07 September 2013

  yang akan dibahas ini, kita awali melakukan sunah setelah bangun tidur. Mungkin kedengarannya sepele, tapi yang namanya kita menjalankan segala sesuatu dengan sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam itu tidak akan rugi, bukan! Bahkan sangat menguntungkan buat kita selaku umatnya.
Hampir semua orang pasti hafal dengan doa sebelum tidur maupun sesudah tidur, betul! Tapi tidak banyak orang yang mengerti akan sunah-sunah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam setelah bangun tidur. 

Oleh karena itu, saya selaku admin blog kumpulan tausiyah singkat, ingin saling mengingatkan kepada sobat semua, mungkin saja dikalangan sobat muslim semua belum ada yang tahu melakukan hal yang sunah setelah bangun tidur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
Yang pertama, membasuh wajah dengan tangan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda , “Rasulullah kemudian bangun tidur, lalu duduk sambil mengusap (bekas) tidur di wajah beliau dengan tangan beliau”. (HR. Muslim)
Yang kedua, membaca doa bangun tidur.
Alhamdulillaah illadtii ahyanaa ba’da maa a maa tanaa wa i layhi nnusyuw ru.
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan aku setelah mematikan aku dan kepada-Nya-lah aku kembali. (HR. Bukhari)
Yang ketiga, memakai siwak.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika bangun tidur menggosok mulutnya dengan siwak”. (Muttafaq’alaih)
Yang keempat, menghisap air ke dalam hidung.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tatkala salah seorang di antara kalian bangun tidur, hendaklanya dia menghisap air ke hidung sebanyak tiga kali, sesungguhnya setan menginap di lubang hidungnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Yang kelima, membasuh kedua belah tangan tiga kali.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ketika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya hendaknya dia tidak mencelupkan tangannya ke dalam tempat (air) sampai dia membasuh tangannya itu sebanyak tiga kali.” (Muttafaq ‘alaih)
Inilah sunah-sunah setelah bangun tidur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, semoga dengan kita menjalankan sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kita bisa mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin!
Untuk itu, bagi sobat muslim yang ingin mengetahui sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang lainnya, Update terus yah di blog kumpulan tausiyah singkat ini.
READ MORE - Sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam setelah bangun tidur