Dokumentasi Kegiatan

  • Kegiatan Gebyar Muslim Engineer di Depan Fakultas Teknik UNRAM
  • berada di bawah terop depan FT-UNRAM
  • sedang di komentari oleh juri
  • Berjalan Menuju Pemandangan nan indah & Alami
  • bersama pemandu di Bandara Internasional Lombok
  • Depan jalan masuk ke ruang tunggu dan Check in Pesawat di Bandara internasional lombok
  • Ruang Sidang FT-UNRAM

N I A T

on Sabtu, 13 Juli 2013



Niat bukanlah hanya sekedar mengucapkan , "saya berniat", akan tetapi ia merupakan dorongan hati yang terjadi seperti datangnya sesuatu dari Allah. Kadang-kadang niat ini mudah dilakukan dan di lain waktu sulit dilakukan. Barang siapa yang hatinya selalu terpusat pada urusan agama, maka ia akan merasakan kemudahan dalam menghadirkan niat untuk melakukan segala kebaikan, karena pada asalnya hatinya selalu condong pada kebaikan, sehingga hatinya akan selalu terdorong untuk melakukan hal-hal yang terpuji. Akan tetapi barang siapa yang hatinya selalu condong kepada keduniaan, maka tidak ada kemudahan baginya untuk hal itu, bahkan tidak mudah baginya untuk melaksanakan kewajiban kecuali dengan usaha yang keras.

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Segala amal perbuatan tergantung niatnya. Seseorang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu akan kembali kepada Allah dan RasulNya. Dan barang siapa berhijrah karena ingin memperoleh dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan kembali kepada apa yang ditujunya itu." (Hr. al-Bukhari dan Muslim). Imam Syafi'i mengomentari bahwa " Hadis ini adalah sepertiga ilmu".

Kalimat "Segala amal perbuatan tergantung niatnya" memberi pengertian bahwa segala amal perbuatan yang sesuai dengan sunnah Nabi dapat dinilai baik tergantung pada niat yang baik. Kalimat ini sesuai dengan sabda beliau :

"Segala amal perbuatan tergantung pada akhirnya". (Hr. Bukhari)
Kalimat "Sesorang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan" memberi pengertian bahwa pahala orang yang beramal tergantung pada niat-niat baik yang terhimpun pada saat ia melakukan satu amal perbuatan.


Kalimat ". Barang siapa berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu akan kembali kepada Allah dan RasulNya. Dan barang siapa berhijrah karena ingin memperoleh dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu akan kembali kepada apa yang ditujunya itu" merupakan contoh yang diberikan oleh Rasulullah setelah menjabarkan kaidah pertaman tentang niat. Nabi hanya mencontohkan satu amal perbuatan, tetapi berbeda dalam penilaian baik dan buruknya.


Segala kemaksiatan tidak akan berubah lantaran niat yang baik. Hendaknya orang yang tidak mengetahui jangan memahami bahwa hal ini bisa saja terjadi karena keumuman sabda Nabi "Segala amal perbuatan tergantung niatnya", sehingga ia menyangka bahwa kemaksiatan dapat berubah menjadi ketaatan karena niat. Sabda beliau "Segala amal perbuatan tergantung niatnya" berlaku hanya untuk dua dari tiga macam amal perbuatan, yaitu : ketaatan dan perbuatan yang mubah (boleh), tidak berlaku untuk macam ketiga, yaitu kemaksiatan. Karena bisa saja ketaatan berbalik menjadi kemaksiatan lantaran niatnya dan perbuatan mubah (boleh) bisa berubah jadi kemaksiatan atau ketaatan lantaran niat. Hal ini berdasarkan hadis dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw. bersabda :


"…….dan pada alat kemaluan seorang terdapat sadaqah, para sahabat bertanya : wahai Rasulullah apakah jika seseorang di antara kami dalam melampiaskan hasratnya mendapatkan pahala ? beliau menjawab : bagaimana menurutmu jika ia melampiaskannya pada hal yang haram, apakah ia akan mendapatkan dosa ? demikian pula jika ia melampiaskannya pada hal yang halal, maka ia akan mendapatkan pahala." (Hr. Muslim).

Al-Nawawi berkata : "Hadis ini memberikan petunjuk bahwa segala amal perbuatan yang mubah (boleh) dapat berubah menjadi ketaatan lantaran niat yang benar.

Oleh karena itu bersetubuh dapat dikatakan ibadah jika ia diniati menunaikan hak istri dan mempergaulinya dengan ma'ruf (baik) sebagaiman perintah Allah SWT. atau ia niatkan agar mendapatkan anak yang saleh, menjaga diri (dari kemaksiatan), menjaga istri, mencegah keduanya dari memandang, memikirkan dan menghendaki hal yang diharamkan atau pun maksud-maksud baik lainnya. Muaz pernah berkata :

"Sesungguhnya aku mencari ridha Allah dengan tidurku sebagaimana aku mencari ridha Allah di waktu aku terjaga."


Adapun kemaksiatan tetap tidak dapat berubah menjadi ketaatan karena niat, bahkan jika kemaksitan itu diniati dengan niat jahat, maka dosanya akan berlipat ganda.


Ketaatan berhubungan dengan niat dalam hal asal keabsahannya dan berlipat ganda keutamaannya. Adapun asal keabsahannya adalah dengan meniatkannya hanya demi beribadah kepada Allah semata dan jika diniatkan karena riya' (pamer), maka akan berubah menjadi kemaksiatan. Sedangkan keberlipat-gandaan keutamaannya itu tergantung banyaknya niat yang baik.


Semua perbuatan mubah (boleh) tergantung pada niatnya atau beberapa niat. Dengan niat, ia dapat berubah menjadi ibadah yang baik dan dapat memperoleh derajat yang tinggi.


Keutamaan Niat

Umar bin Khattab ra. berkata : "Amal perbuatan yang paling utama adalah melaksanakan sesuatu yang difardlukan oleh Allah, menahan diri dari sesuatu yang diharamkan oleh Allah dan niat yang benar pada sesuatu yang berada di sisi Allah."


Seorang ulama salaf berkata : "Berapa banyak amal perbuatan kecil menjadi besar lantaran niat, dan berapa banyak amal perbuatan besar menjadi kecil lantaran niat."

Yahya bin Abi Katsir berkata : "Pelajarilah niat, karena niat adalah amal yang paling berat."

Ibnu Umar ra. pernah mendengar seseorang yang berihram berdoa : "Wahai Tuhan, sesungguhnya hamba menghendaki haji dan umrah."

Lalu Ibnu Umar ra. berkata kepadanya : "Apakah kamu ingin agar orang lain mengetahui (doamu itu), bukankah Allah mengetahui apa yang ada di hatimu ?" Ini karena niat adalah kehendak hati dan tidak wajib melafalkan pada ibadah apa pun.? ayn






0 komentar:

Posting Komentar